Sudah banyak penelitian yang menunjukkan jika pola makan bisa berdampak pada latihan, sehingga pola makan yang baik bisa mendukung latihan intensif yang konsisten. Namun, setiap pemain itu berbeda. Oleh karena itu, tidak ada pola makan saklek yang bisa mengakomodasi seluruh pemain.
Kuncinya adalah mendapatkan jumlah energi yang tepat untuk tetap fit dan menunjukkan penampilan yang baik. Terlalu banyak nutrisi akan membuat gemuk (lemak menumpuk); terlalu sedikit akan membuat lemas dan mudah cedera.
Secara umum, atlet sepakbola membutuhkan karbohidrat kompleks, lemak yang rendah, protein yang rendah, dan banyak asupan cairan.
Karbohidrat dibutuhkan untuk menyuplai otot dan otak dengan "bahan bakar" untuk latihan dan berkompetisi. Atlet harus memperhatikan jenis, jumlah, dan waktu ketika mereka makan. Kemudian makanan yang kaya protein sangat penting untuk membentuk dan memperbaiki jaringan otot.
Menjaga cairan tubuh juga sangat penting, yaitu asupan cairan sebelum, selama, dan setelah olahraga. Ketika berkeringat, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus mengandung garam yang cukup untuk mengganti garam yang hilang tersebut. Sehingga atlet sepakbola harus banyak minum, kuncinya adalah minum sebelum kehausan. Kehausan berarti dehidrasi.
Air berkaitan langsung dengan stamina, apalagi di sepakbola modern ketika banyak pertandingan yang ditentukan di menit akhir. Sedangkan alkohol adalah bentuk cairan yang kaya akan energi tapi miskin nutrisi, sehingga mengonsumsi alkohol itu tidak dianjurkan.
Bagi atlet, makan secara teratur akan membuat keuntungan optimal dari program latihan, meningkatkan pemulihan di antara latihan dan pertandingan, mendapatkan dan memelihara fisik, mengurangi risiko cedera dan penyakit, kepercayaan diri dalam bertanding, konsistensi dalam mencapai penampilan tingkat tinggi, serta tidak ketinggalan; kenikmatan utama dari makanan, yaitu cita rasa.
Sementara masalah utama pengabaian nutrisi di Indonesia berakar pada budaya: suka jajan dan jajan sembarangan, kebanyakan atlet juga tidak tahu jenis makanan yang sehat, sehingga mereka akan mengedepankan cita rasa daripada manfaat.
Hal ini diperparah dengan ketidaktahuan cara memasak atau memroses makanan yang baik. Gaya hidup yang sibuk dan seringnya bepergian juga akan membuat sulitnya atlet untuk mengontrol nutrisi mereka. Oleh karena itu, masalah nutrisi ini seringnya akan muncul secara massal ketika libur kompetisi.
Tidak ada komentar